Dukungan Keluarga Sangat Penting dalam Karier Elber
JAKARTA, KOMPAS.com - Dukungan keluarga sangat penting dalam karier eks pemain FC Bayern Muenchen, Giovane Elber. Kariernya tidak akan berlangsung hingga 19 tahun tanpa mendapat sokongan orangtua dan keluarganya. Giovane Elber menceritakan pengalamannya tersebut dalam acara "Coach to Coach" sesi tanya jawab di Allianz Junior Football Camp 2017, Sabtu (8/7/2017). Sempat tidak disetujui oleh ibunya, Elber akhirnya mendapat izin untuk meneruskan karier sebagai pesepak bola. "Tadinya, saya berlatih sepak bola sambil bekerja di bank. Ibu saya tidak setuju dan meminta saya untuk meneruskan pekerjaan saya di bank. Namun, saya berkeras kalau saya ingin jadi pesepak bola," kata Elber. Tamu utama Allianz Coach to Coach akhirnya muncul. Sambutlah Giovani Elber! #PahlawanSepakbola #AJFC2017_ID pic.twitter.com/ykgldtZyeD — Juara (@Juara) July 8, 2017 Ibu Elber memang akhirnya mengalah. Namun, ada syarat yang harus dia penuhi. "Orangtua saya berpesan kalau saya tidak boleh jadi pesepak bola yang biasa-biasa saja. Saya harus jadi pesepak bola yang hebat dan terbaik," kata pemain asal Brasil tersebut. #AJFC2017_ID adalah cara tahunan @AllianzID agar remaja Indonesia memperoleh pelatihan secara internasional #PahlawanSepakbola pic.twitter.com/pnkE78FYGt — Juara (@Juara) July 8, 2017 Keinginan Elber kesampaian. Dia menjalani karier di beberapa tim Eropa, seperti AC Milan, Vfb Stuttgart, FC Bayern Muenchen, dan Olympique Lyon serta memenangi sejumlah trofi, termasuk Liga Champions pada 2001. Bagi Elber, dukungan keluarga adalah salah satu kunci dia bertahan di Eropa. "Ketika saya cedera, saya punya dukungan dari seluruh keluarga, terutama istri saya. Karena itu, saya dapat bangkit setelah sembuh dan bermain seperti sedia kala," kata Elber. Jika tidak mendapat dukungan yang seharusnya, pesepak bola cenderung lari ke hal-hal negatif. Dia memberi contoh Breno, eks pemain Bayern yang masuk penjara setelah membakar rumahnya. "Kalau masalah talenta, Breno sangat berbakat. Namun, dia bergabung di tim sebesar Bayern saat masih sangat muda dan tekanannya terlalu berat. Dia tidak punya sistem pendukung yang memadai hingga akhirnya lari ke minuman keras dan melakukan tindakan kriminal," ujar Elber. Elber juga menambahkan, para pemain muda selalu berhak untuk mengejar mimpinya. Di sisi lain, mereka tidak boleh lupa dengan sekolahnya. Dia mengacu pada pengalaman sendiri saat harus membagi waktu antara bekerja, sekolah, dan bermain sepak bola. "Di antara 100 anak yang mau menjadi pemain sepak bola, mungkin hanya 1 yang dapat jadi pesepak bola profesional. Kalian harus tetap ingat untuk belajar yang baik. Saya cukup beruntung dapat berkarier sebagai pesepak bola karena dulu nilai saya di sekolah biasa-biasa saja," ucapnya.
Sumber : bola.kompas.com
0 Comments